KARAKTERISTIK DAN
CIRI-CIRI FILSAFAT
BAB 1
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Filasafat merupakan
induk dari semua ilmu pengetahun dan juga merupakan sebuah ilmu
yang membahas tentang persoalan kebenaran hakiki. Adapun
Endang syaifuddin ansori menjelaskan filasafat adalah hasil
pemikiran manusia tentang hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan
sistematis.
Filsafat disebut juga
sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk sesuatu masyarakat atau bangsa.
suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk sesuatu masyarakat atau bangsa.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana bentuk karakteristik filsafat?
2. Apa ciri-ciri dari filsafat?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui karakteristik filsafat
2. Dapat mengetahui ciri-ciri filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik filsafat
Sesuai dengan definisi
Endang syaifuddin ansori bahwa filasat adalah meliputi tentang
hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan sistematis. Dari
pengertian tersebut secara tidak langsung telah dijelaskan tentang
karakteristik filsafat yang meliputi radikal, integral dan sistematis.
Berfilsafat adalah
berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat
mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan
cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya
akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Radikal
Berfilsafat berarti
berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara
radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas
tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya
untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai
suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk
mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. Telah
jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke
akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang
terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap
terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal
tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala
sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk
mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak
memperjelas realitas.
2. Integral
Integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan
yang utuh sebagai suatu keseluruha atau filsafat memandang objeknya secara
integral.
3. Sistematis
Sistematis disini artinya susunan dan urutan
(hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang
terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau
permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan satu masalah dengan
masalah yang terjadi? Menurut Langeveld (1959) mengajukan tiga
masalah pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis jenis filsafat,
disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain:
a. Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
b. Masalah segala sesuatu atau metafisika
c. Masalah penilaian dan aksiologi
B. Ciri-ciri filsafat
Menurut Clarence I.
Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu
proses refleksi dari bekerjanya akal.[1] Sedangkan
sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan
atau problema kehidupan manusia. Kegiatan atau problem tersebut
terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat yaitu:
1. Sangat umum dan universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat
keumumannya sangat tinggi[2].
Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus, akan
tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum. Misalnya tentang
manusi, tentang keadilan , tentang kebebasan dan lainnya.
2. Tidak faktual
Pengertian tidak factual kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya
filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak
berdasarkan ada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui batas dari
fakta-fakta pengetahuan ilmiah.
3. Bersangkutan dengan
nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari
pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam
penilaian adalah tentang yang baik dan yang buruk, yang susila dan asusila dan
akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.
4.
Berkaitan dengan arti
di atas telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan dicari.
Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar upaya para
filosof dalam mengungkapkan ide-idenya agar syarat dengan arti, maka para
filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang
tepat(ilmiah), kesemuanya itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan.
5. Implikatif
Pemikira filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandun implikasi (akibat
logis), dan dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran
baru, sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke anti
tesis kemudian sintesis, dan seterusnya….sehingga tiada habis-habisnya. Pola
pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menyuburkan intelektual.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam pembahasan untuk
mencari apakah karakteristik atau ciri-ciri filsafat tersebut maka dapat
disimpulkan bagaimanakah ciri-ciri filsafat. Berfikir filsafat mempunyai
ciri-ciri yang telah dijelaskan dalam pembahasan tersebut yaitu: universal,
spekulatif, berkaitan dengan arti, dan implikatif. Keempat ciri-ciri tersebut
saling berkaitan atau saling terkait dalam berfikir filsafat. Dan pada intinya
berfikir filsafat adalah mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih
untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang
gelap, bahkan juga serta rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan,
filsafat pun akan menjadi yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap dan tak
mungkin dapat menggapai kebenaran. Jelas terlihat bahwa berfilsafat
sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan suatu perjuangan
untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas.
Perjuangan mencari kejelasan itu adalah satu sifat dasar filsafat.
2. Saran
Demikianlah makalah
yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata
penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan
langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu kami sangat mengharapkan
tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah kami yang
selanjutnya
2 Comments
salahhh
ReplyDeleteBenar
ReplyDelete